Protes Indonesia Gelap. Malam itu jam 7, baru selesai makan. Lagi santai nonton TV, anak gue belajar online pakai tablet. Tiba-tiba… byar pet.
Mati lampu.
“Ah, biasa, paling sebentar,” pikir gue. Tapi ternyata, lebih dari 3 jam, dan ini terjadi dua malam berturut-turut.
Dan itu bukan cuma di rumah gue. Seluruh kompleks padam. Bahkan satu kota kecil tempat tinggal gue jadi seperti kota hantu. Tapi anehnya, area pusat perbelanjaan dan kantor pemerintahan tetap terang benderang.
Dari situ, gue mulai buka Twitter — dan ternyata, bukan gue doang yang kesel. Hashtag #IndonesiaGelap mulai ramai. Isinya keluhan, protes, sampai parodi gelap-gelapan yang pahit tapi lucu.
Semuanya Dimulai dari Padamnya Lampu — dan Rasa Jengkel yang Gak Kunjung Reda
Apa Itu Protes Indonesia Gelap?
Buat lo yang belum terlalu ngikutin, Protes Indonesia Gelap adalah bentuk Protes Indonesia Gelap daring dan luring dari masyarakat yang jenuh dengan pemadaman listrik bergilir, khususnya di wilayah luar Jawa, pedesaan, dan daerah yang dianggap “kurang prioritas”.
Tagar ini muncul dari:
Keluhan berulang tentang listrik padam
Kegeraman soal prioritas distribusi energi
Sindiran soal ketimpangan pembangunan
Isinya? Macam-macam:
Foto rumah sakit gelap pakai lilin
Anak-anak belajar di bawah sinar lilin
Meme tugu kota yang tetap terang padahal kampung sekitarnya mati
Thread soal PLN yang “seakan pilih kasih”
Ini bukan sekadar kritik ke PLN, tapi bentuk frustrasi kolektif: kenapa negara sebesar Indonesia masih gelap-gelapan?
Dampak Mati Listrik Bukan Cuma Gak Bisa Nonton TV
💡 1. Pendidikan Anak Terganggu
Anak gue gak bisa belajar online. Tablet mati. Wifi mati. Bahkan buku tulis gak kelihatan.
🧑🍳 2. UMKM Lumpuh Total
Tetangga gue jualan es krim. Sekali mati listrik, kulkas leleh, produk rusak. Ruginya bukan ratusan ribu lagi.
🏥 3. Fasilitas Kesehatan Terancam
Temen gue yang kerja di puskesmas cerita, vaksin rusak karena suhu pendingin naik waktu genset telat dinyalain.
📱 4. Komunikasi Terputus
Jaringan seluler lemah. Sinyal drop. Gak bisa akses info penting.
Dan lebih dari itu… kita kehilangan rasa aman.
Waktu lampu padam, jalan jadi sepi, motor sering ngebut karena gelap, dan rumah-rumah jadi rawan pencurian.
Gue Mulai Tanya-Tanya: Kenapa Bisa Terjadi?
Gue coba cari info dari berita, thread engineer, bahkan akun-akun PLN daerah. Beberapa alasan yang muncul:
Beban berlebih dan suplai tak seimbang
Pembangkit tua dan infrastruktur tua
Jaringan distribusi yang belum merata
Pemeliharaan rutin yang mendadak
Transisi ke energi baru terbarukan yang belum optimal
Tapi tetap aja, sebagai warga biasa, gue ngerasa: kenapa daerah kami yang sering jadi korban?
Ketika Listrik Jadi Simbol Ketimpangan
Lo pernah gak, jalan ke kota besar dan lihat:
Mall terang sampai jam 10 malam
Gedung kantor nyala walau kosong
Lampu jalan dekoratif warna-warni
Lalu lo balik ke kampung sendiri dan…
Harus tidur kegerahan karena kipas mati
Gak bisa kerja karena komputer gak nyala
Gak bisa nge-charge HP buat sekolah daring
Rasanya gak adil.
Dan inilah yang bikin Protes Indonesia Gelap bukan sekadar tentang mati lampu, tapi tentang rasa ditinggalkan.
Protes Indonesia Gelap dari Warga Itu Bukan Karena Benci, Tapi Karena Peduli
Gue mulai lihat di media, ada aksi kecil-kecilan:
Poster di pos ronda: “Kami juga rakyat, kami butuh listrik.”
Petisi online buat minta perbaikan jaringan
Komunitas bikin genset patungan untuk sekolah
Thread panjang dari mahasiswa teknik elektro yang menjelaskan solusi teknis
Gue jadi sadar: rakyat kita cerdas. Kita bukan marah asal-asalan. Kita marah karena sayang. Karena kita tahu Indonesia bisa lebih baik dikutip dari laman resmi Kompas.
Apa Solusi Jangka Pendek dan Panjangnya?
🔌 1. Informasi dan Transparansi
PLN harus buka data padam, alasannya, estimasi waktunya. Jangan bikin warga nebak-nebak.
🏭 2. Distribusi Energi Merata
Stop terlalu Jawa-sentris. Infrastruktur listrik harus dibangun dari timur ke barat.
⚡ 3. Dorong Energi Alternatif Lokal
Pembangkit mikrohidro, tenaga surya rumah tangga, dan jaringan lokal bisa bantu wilayah pelosok mandiri.
🧑💼 4. Libatkan Masyarakat
Jangan bikin kebijakan dari ruang AC tanpa tahu kondisi lapangan. Dengarkan warga.
Gue Mulai Bikin Perubahan dari Rumah Sendiri
Gue gak mau cuma ngeluh. Jadi sekarang, gue:
Pasang lampu darurat tenaga surya
Punya genset mini buat jaga-jaga
Edukasi keluarga tentang hemat listrik
Bikin grup warga buat komunikasi saat padam
Gue juga ikut tanda tangan petisi online soal pemerataan energi. Karena meskipun gue cuma satu orang, suara kecil kalau banyak bisa jadi gema.
Protes Indonesia Gelap Gak Harus Gelap, Kalau Kita Mau Terang Bareng
Protes Indonesia Gelap bukan tanda kita kalah. Tapi tanda kita peduli.
Tiap lampu yang padam, adalah panggilan untuk kita bersuara. Bukan untuk menjatuhkan, tapi untuk membangun.
Karena listrik itu bukan kemewahan. Tapi hak dasar manusia. Sama kayak air bersih dan udara segar.
Baca Juga Artikel dari: Kebangkitan UMKM: Dari Nasi Bungkus ke Brand Lokal yang Mendunia
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Politics