Aku masih ingat banget—waktu itu lagi scroll daftar film dokumenter buat nonton malam Minggu di rumah, eh muncul satu judul yang bikin aku berhenti: “Sharkwater.” Awalnya kukira ini film fiksi tentang hiu pemakan manusia. Ternyata, wow… justru kebalikannya.
Movie ini bukan soal hiu menyerang manusia. Tapi justru manusia yang sedang “memangsa” hiu secara besar-besaran. Jujur, setelah nonton film ini, cara pandangku soal laut, khususnya tentang hiu, berubah 180 derajat.
Sinopsis Film Sharkwater: Bukan Sekadar Dokumenter Biasa
Sharkwater adalah film dokumenter yang dirilis tahun 2006 dan disutradarai oleh Rob Stewart, seorang fotografer bawah laut asal Kanada yang juga jadi narator utama dalam film ini.
Film ini mengikuti perjalanan Rob ke berbagai negara—dari Galapagos, Kosta Rika, sampai Thailand—untuk mengekspos perburuan hiu ilegal dan perdagangan sirip hiu (shark finning). Ini bukan dokumenter biasa yang hanya menampilkan footage laut cantik. Rob benar-benar menyelam jauh, baik secara harfiah maupun emosional, ke dalam isu wikipedia.
Plot-nya membawa kita menyusuri kapal pemburu ilegal, menghadapi polisi korup, sampai nyaris kehilangan nyawa karena penyakit tropis. Jadi ini bukan film yang kalem-kalem aja. Tegang, emosional, sekaligus membuka mata.
Mengapa Sharkwater Sangat Menegangkan? Serasa Thriller!
Gue nggak nyangka sih, nonton dokumenter bisa bikin jantung deg-degan kayak nonton Jason Bourne.
Tapi ya gitu lah Sharkwater. Momen-momen ketika Rob dan kru-nya diikuti oleh kapal ilegal, atau saat mereka harus menyelinap untuk merekam bukti perburuan, bener-bener bikin tegang. Apalagi ada adegan ketika mereka ditangkap otoritas lokal di Kosta Rika—seremnya bukan main, karena kita tahu mereka melawan sistem korup, bukan cuma nelayan biasa.
Belum lagi footage tentang hiu yang tubuhnya cuma diambil sirip lalu dibuang hidup-hidup ke laut. Serius, ini adegan paling bikin perutku mual waktu nonton.
Kalau kamu pikir film dokumenter itu ngebosenin—nonton Sharkwater dulu deh. Serius.
Keunikan Sharkwater Dibanding Dokumenter Laut Lain
Biasanya, film dokumenter tentang laut itu punya vibe tenang, visual cantik, dan voiceover yang adem. Sharkwater beda.
Film ini:
Narasinya personal, Rob kayak ngobrol langsung sama kita.
Visual bawah lautnya tetap memukau, tapi diselipi adegan investigasi dan aksi nyata.
Gaya bercerita yang emosional tapi nggak menggurui.
Musik latar yang bukan cuma soundtrack “laut”, tapi kadang dramatis, kayak di film thriller.
Menunjukkan sisi politik dan ekonomi dari industri perburuan hiu. Sesuatu yang jarang diangkat di film lain.
Dan yang paling kuat adalah pesan kemanusiaan dan lingkungan yang benar-benar nendang. Nggak sekadar edukasi, tapi juga reflektif.
Review Pribadi: Sharkwater Mengubah Hidup Saya
Nggak lebay ya, tapi aku serius. Film ini bikin aku mikir ulang soal:
Apa yang aku makan (aku sempat coba jadi pescatarian, lalu sadar… bahkan makan seafood pun bisa berdampak).
Ke mana arah dunia ini, kalau eksploitasi laut terus dibiarkan.
Seberapa kuat dampak satu orang seperti Rob Stewart, yang dengan kameranya bisa mengguncang dunia.
Yang bikin nyesek: Rob Stewart sendiri wafat tahun 2017 waktu syuting sekuelnya, Sharkwater: Extinction. Dia meninggal di laut, tempat yang dia cintai dan perjuangkan.
Sejak nonton film ini, aku jadi lebih “sadar” kalau belanja makanan laut, bahkan ikut kampanye kecil di media sosial buat #StopSharkFinning. Mungkin nggak besar, tapi siapa tahu bisa nyambung ke orang lain.
Tips Menonton Sharkwater: Biar Dapet Feel-nya Maksimal
Kalau kamu pengen nonton Sharkwater, ini beberapa tips yang aku bisa bagi, berdasarkan pengalaman pribadi:
1. Jangan nonton sambil makan
Beneran deh, ada beberapa adegan sadis yang bisa bikin mual kalau kamu lagi nyuap nasi goreng.
2. Siapin tisu (kalau kamu tipe yang mudah terenyuh)
Ada momen-momen menyentuh banget, terutama pas Rob ngomongin filosofi hidup dan cinta dia ke laut.
3. Nonton di layar besar kalau bisa
Footage bawah lautnya memukau. Warna, gerak ikan, terumbu karang—semuanya cantik banget. Biar experience-nya maksimal.
4. Ajak teman
Setelah nonton, kamu bakal pengen diskusi. Film ini nendang mental, dan enak banget buat bahan ngobrol.
5. Cek versi sekuelnya juga
Kalau suka versi pertama, Sharkwater: Extinction juga keren walau lebih berat ke sisi hukum dan ekonomi industri.
Apa yang Membuat Sharkwater Viral?
Waktu pertama rilis, banyak yang nggak nyangka film ini bisa viral. Tapi ternyata ini alasannya:
Pesan kuat dan berbeda dari dokumenter alam biasa.
Rob Stewart punya charisma. Serius, dia bukan hanya pembuat film, tapi juga aktivis tulen.
Banyak selebriti, dari Leonardo DiCaprio sampai pembuat film konservasi laut lain, dukung film ini.
Film ini membuka mata publik soal industri sirip hiu yang jarang dibahas di media arus utama.
Viral juga karena banyak ditayangkan di festival film internasional. Bahkan sempat tayang di beberapa sekolah dan universitas sebagai bahan edukasi.
Dan jangan lupa—media sosial bantu banget. Cuplikan-cuplikan film ini viral di TikTok dan Instagram beberapa tahun belakangan, bikin generasi baru nonton dan peduli.
Pelajaran Hidup dari Sharkwater
Oke, ini bagian yang paling reflektif buatku.
“Satu orang bisa mengubah dunia.”
Itu sih pesan paling kuat dari film ini. Rob bukan orang kaya, bukan politikus, tapi dia pake passion-nya sebagai penyelam dan pembuat film buat melawan industri miliaran dolar. Gila ya?
“Hiu bukan monster.”
Ternyata hiu cuma dibikin jahat sama Hollywood. Padahal mereka bagian penting ekosistem laut. Tanpa hiu, populasi ikan kecil bisa meledak dan rusak rantai makanan laut.
“Kita makan terlalu banyak tanpa tahu dampaknya.”
Film ini bikin aku mikir, selama ini aku makan seafood seenaknya, padahal bisa jadi itu hasil dari eksploitasi.
“Media itu powerful.”
Film bisa mengubah cara pandang seseorang. Dan Rob tahu betul gimana cara pakai media visual buat menginspirasi gerakan besar.
Wajib Nonton Buat Kamu yang Peduli Bumi
Kalau kamu belum pernah nonton Sharkwater, jujur aku sangat rekomendasikan. Ini bukan film yang cuma buat “nambah wawasan”, tapi bener-bener menyentuh hati. Buat kamu yang suka laut, suka snorkeling, pecinta lingkungan, bahkan yang skeptis sama isu konservasi—coba deh kasih waktu 90 menit buat film ini.
Dan kalau setelah nonton kamu mulai mikir ulang tentang dunia, tentang bagaimana kita hidup bareng alam… berarti film ini udah bekerja dengan baik.
Terima kasih Rob Stewart, untuk film yang nggak cuma indah, tapi juga berani dan tulus.
Baca juga artikel menarik lainnya tentang Land of Bad: Ketika Misi Militer Berubah Jadi Neraka Penuh Adrenalin disini