Jurassic World

Jurassic World: Petualangan Dinosaurus Modern yang Bikin Deg-degan

Saya masih ingat pertama kali nonton Jurassic World di bioskop. Rasanya kayak dibawa balik ke masa kecil ketika dulu nonton Jurassic Park pertama kali. Bedanya, kali ini dunia dinosaurusnya udah lebih modern, lebih canggih, dan lebih “wah”.

Secara garis besar, ceritanya berpusat di sebuah taman hiburan super besar bernama Jurassic World, yang dibangun di pulau fiksi Isla Nublar. Bayangin aja, kayak Disneyland tapi isinya dinosaurus beneran. Semua udah serba modern: ada atraksi keren, wahana keluarga, bahkan hewan prasejarah yang dikloning dengan teknologi genetik.

Tapi tentu aja, kalau semua berjalan mulus, nggak akan jadi film seru, kan? Nah, konflik dimulai ketika ilmuwan di sana membuat dinosaurus baru hasil rekayasa genetik bernama Indominus Rex. Dinosaurus ini bukan cuma gede, tapi juga cerdas, agresif, dan punya insting berburu yang gila-gilaan. Akhirnya, si Indominus kabur dan bikin kekacauan di seluruh taman.

Di tengah kekacauan itu, ada karakter utama: Owen Grady (Chris Pratt), seorang pelatih velociraptor yang jago banget ngatur dinosaurus, dan Claire Dearing (Bryce Dallas Howard), manajer taman yang awalnya kaku tapi akhirnya jadi sosok penting dalam menyelamatkan pengunjung. Ditambah lagi, dua anak kecil—keponakan Claire—yang jadi bagian penting dalam cerita. Wikipedia

Kalau diceritain semua detailnya, mungkin bisa jadi spoiler berat. Tapi intinya, film ini adalah tentang bagaimana manusia berusaha melawan hasil ciptaan mereka sendiri yang ternyata terlalu kuat buat dikendalikan.

Keseruan dari Film Jurassic World

Jurassic World Evolution 2 - PS4 & Ps5 Games | PlayStation (Indonesia)

Kalau ditanya apa yang bikin Jurassic World seru, jujur jawabannya banyak banget. Saya pribadi merasa film ini punya kombinasi pas antara nostalgia dan modernitas.

Pertama, efek visualnya. Tahun 2015 saat film ini rilis, CGI-nya udah bener-bener bikin mulut saya melongo. Dinosaurus terlihat begitu nyata, gerakannya halus, detail kulitnya keliatan, sampai napasnya pun kerasa hidup. Nonton di layar besar bikin jantung serasa ikut berdebar.

Kedua, plotnya padat dan penuh ketegangan. Hampir nggak ada bagian yang bikin ngantuk. Dari awal film udah dikasih hint kalau Indominus Rex ini “beda” dari dinosaurus biasa. Jadi ketika dia kabur, semua momen jadi lebih menegangkan.

Ketiga, chemistry antar karakter. Saya suka banget bagaimana Owen dan velociraptor-nya digambarkan punya ikatan unik. Apalagi dengan si Blue, raptor yang akhirnya jadi semacam karakter favorit banyak penonton. Rasanya ada hubungan emosional di situ, bukan cuma sekadar aksi.

Dan tentu aja, keseruan terbesar ada di adegan-adegan pertarungan dinosaurus. Dari kejar-kejaran Indominus Rex, velociraptor yang dilepas, sampai T-Rex legendaris yang akhirnya muncul di momen klimaks. Itu semua bikin penonton berdiri di kursi (walau cuma dalam hati).

Mengapa Film Ini Disukai Banyak Orang?

Kalau saya boleh jujur, alasan utama film ini disukai adalah karena nostalgia. Generasi saya tumbuh dengan Jurassic Park (1993). Jadi begitu Jurassic World muncul, rasanya kayak ketemu lagi dengan teman lama, tapi versi lebih canggih.

Selain itu, dinosaurus itu sendiri udah punya daya tarik universal. Siapa sih yang nggak pernah penasaran dengan makhluk raksasa dari jutaan tahun lalu ini? Anak kecil, remaja, sampai orang tua semuanya bisa relate. Jurassic World berhasil memanfaatkan daya tarik itu dan mengemasnya dengan teknologi sinematik terbaru.

Alasan lainnya adalah karakter-karakter yang relatable. Claire yang awalnya sibuk kerja tapi akhirnya belajar peduli dengan keluarganya, Owen yang macho tapi juga punya hati, bahkan Blue si raptor yang jadi simbol kesetiaan.

Film ini juga punya pesan moral kuat: bahwa manusia nggak seharusnya terlalu sombong dengan teknologi. Kita bisa menciptakan sesuatu, tapi belum tentu bisa mengendalikannya. Nah, pesan kayak gini biasanya nyantol di kepala penonton tanpa harus diceramahin panjang lebar.

Part Terseru dari Jurassic World

Nah, bagian ini paling sering ditanyain teman saya: “Menurut lo, part paling seru di Jurassic World apa?”

Kalau saya pribadi, part terseru jelas waktu T-Rex vs Indominus Rex, yang kemudian dibantu oleh Blue. Adegan itu bikin bulu kuduk merinding. Bayangin aja, T-Rex yang udah jadi ikon dari Jurassic Park pertama, akhirnya muncul lagi di film ini, bukan sekadar cameo, tapi jadi penentu pertarungan epik.

Saya inget banget suasana di bioskop waktu itu. Semua orang kayak nahan napas, terus ada yang teriak kecil, ada juga yang spontan aplaud pas T-Rex keluar dari kandangnya. Itu momen yang nggak bisa dilupain.

Selain itu, adegan kejar-kejaran Indominus dengan Claire dan anak-anak juga seru banget. Ditambah lagi ketika Owen ngelepas velociraptor buat ngejar Indominus. Rasanya kayak perang geng dinosaurus.

Apa yang Membuat Jurassic World Populer dan Viral?

Banyak faktor yang bikin film ini meledak dan viral.

  1. Brand kuat – Jurassic Park udah jadi waralaba legendaris. Jadi begitu diumumin ada film baru, otomatis hype-nya gede.

  2. Efek visual kelas dunia – seperti saya bilang tadi, CGI-nya bener-bener bikin penonton percaya dinosaurus itu nyata.

  3. Marketing masif – saya masih inget iklan Jurassic World ada di mana-mana, mulai dari trailer TV, billboard, sampai mainan di supermarket.

  4. Memorable characters – terutama Owen, Claire, dan Blue. Mereka berhasil bikin penonton punya koneksi emosional.

  5. Timing yang pas – film ini rilis di era media sosial udah booming. Jadi begitu ada adegan epik, langsung viral jadi meme atau dibahas netizen.

Review Pribadi tentang Jurassic World

Jurassic World Rebirth Lupa Bahwa Itu Adalah, Sedang, dan Akan Selalu  Tentang Dinosaurus - IGN

Kalau saya boleh kasih review pribadi, saya kasih nilai 8,5/10. Film ini sukses bikin saya nostalgia, tapi sekaligus kasih pengalaman baru.

Saya suka gimana film ini nggak terlalu bertele-tele, langsung to the point. Karakter-karakternya cukup berkembang, meskipun ada beberapa bagian yang terasa klise (seperti kisah cinta Owen-Claire yang agak dipaksakan).

Dari segi teknis, hampir nggak ada yang bisa dikritik. Sound design-nya luar biasa, setiap raungan dinosaurus bikin kursi bergetar. Visualnya detail banget, bahkan kulit dinosaurus keliatan realistis.

Kalau ada minusnya, mungkin di logika cerita. Beberapa keputusan karakter terasa “nggak masuk akal”, kayak kenapa manusia nekat banget bikin Indominus padahal udah jelas itu ide buruk. Tapi ya, kalau mereka nggak bikin itu, mungkin kita nggak punya film se-epik ini, kan?

Pelajaran yang Bisa Dipetik

Dari film Jurassic World, saya pribadi belajar beberapa hal:

  • Teknologi harus dipakai dengan bijak. Kalau manusia serakah dan cuma mikirin keuntungan, bisa jadi bumerang.

  • Keluarga lebih penting dari pekerjaan. Claire yang sibuk kerja akhirnya sadar betapa berharganya keluarganya.

  • Kesetiaan itu nggak kenal spesies. Hubungan Owen dengan Blue nunjukkin kalau bahkan makhluk buas sekalipun bisa punya rasa setia.

Penutup

Bagi saya, Jurassic World bukan sekadar film tentang dinosaurus. Lebih dari itu, film ini adalah pengalaman emosional yang bikin kita merasa kecil di hadapan kekuatan alam dan sejarah. Nggak heran kalau film ini jadi salah satu box office terbesar sepanjang masa.

Kalau kamu belum pernah nonton, serius deh, coba luangkan waktu. Dan kalau udah nonton, mungkin sama kayak saya, pasti ada rasa pengen balik lagi ke Isla Nublar walau cuma lewat layar

Baca juga fakta seputar : Movie

Baca juga artikel menarik tentang :  Review The Bad Guys 2: Humor, Aksi, dan Transformasi yang Menginspirasi

Author