Diabetes Melitus

Diabetes Melitus: 10 Tips Mencegah Sebelum Terlambat

Saya inget banget waktu itu sekitar lima tahun lalu, saya baru pulang dari acara keluarga. Makanan melimpah ruah, dari rendang, kue-kue manis, sampai soda dingin semua saya sikat. Saya pikir, “Ah sesekali nggak apa-apa lah.” Tapi ternyata “sesekali” itu jadi sering. Gula darah saya naik pelan-pelan tanpa saya sadari. Lalu suatu hari, badan rasanya lemes terus, gampang haus, dan berat badan turun walau makan banyak.

Saya kira cuma kecapekan. Tapi istri saya maksa ke dokter. Hasilnya? Gula darah puasa saya 185 mg/dL. Dokter bilang, “Ini udah gejala awal diabetes melitus tipe 2, Pak.”

Deg. Seumur hidup saya dengar soal diabetes melitus dari orang lain, nggak nyangka bakal dekat ke saya sendiri.

Apa Itu Diabetes Melitus, dan Kenapa Namanya Sering Disebut?

Penurunan Diabetes Mellitus Risiko Tingkatkan Stres pada Pasien - Universitas Airlangga Official Website

Kalau kamu sering dengar nama Health nya “diabetes melitus”, itu karena penyakit ini bukan cuma umum, tapi juga berbahaya kalau nggak ditangani Alodokter.

Secara gampangnya, diabetes melitus adalah penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah dalam tubuh. Hal ini biasanya karena tubuh kita nggak bisa produksi insulin cukup (hormon yang mengatur gula darah) atau nggak bisa gunakan insulin dengan efektif.

Ada dua jenis utama:

  • Tipe 1: Biasanya muncul sejak kecil/usia muda, tubuh sama sekali nggak produksi insulin.

  • Tipe 2: Yang paling umum, biasanya muncul di usia dewasa karena pola hidup buruk. Tubuh masih bisa produksi insulin, tapi resistensinya tinggi alias insulin-nya “diabaikan” sama sel tubuh.

Saya masuk tipe 2. Dan jujur, waktu pertama kali mendengar penjelasan dokter, saya merasa kayak disiram air dingin. Soalnya diabetes ini nggak bisa sembuh total, cuma bisa dikontrol. Kalau udah parah, bisa komplikasi ke ginjal, jantung, bahkan amputasi. Ngeri.

Kenapa diabetes melitus  Itu Berbahaya dan Ditakuti Banyak Orang?

Banyak orang takut sama diabetes melitus  — dan memang seharusnya begitu. Tapi yang bikin saya nyesel adalah, kenapa saya baru takut setelah hampir kena?

Gini, diabetes melitus itu silent killer. Kita bisa kena, tanpa sadar. Tiba-tiba aja luka kecil di kaki nggak sembuh-sembuh. Tiba-tiba mata mulai kabur. Atau yang paling umum, gampang haus dan kencing terus-menerus. Dan itu semua saya alami.

Yang bikin lebih bahaya lagi, komplikasinya. Gula darah yang tinggi terus-menerus bisa bikin pembuluh darah rusak, ginjal rusak (gagal ginjal), serangan jantung, stroke, kebutaan, bahkan amputasi kaki. Banyak banget pasien diabetes melitus yang datang ke RS bukan karena diabetesnya, tapi karena komplikasinya.

Dan jangan salah, anak muda juga bisa kena sekarang. Pola makan cepat saji, minuman boba, junk food, ditambah kurang olahraga. Combo maut.

Gejala-Gejala Awal yang Saya Abaikan (Dan Jangan Kamu Abaikan Juga)

Kalau dipikir-pikir, saya sebenarnya udah merasakan tanda-tanda dari jauh hari. Tapi karena nggak paham, ya dianggap angin lalu.

Berikut gejala yang saya alami, dan yang perlu kamu waspadai juga:

  • Haus berlebihan (polidipsia): Minum terus tapi tetap merasa kering.

  • Sering buang air kecil (poliuria): Bangun malam bisa 3-4 kali cuma buat pipis.

  • Lapar terus (polifagia): Baru makan, tapi udah laper lagi.

  • Berat badan turun drastis tanpa diet.

  • Mudah capek dan lelah.

  • Pandangan kabur.

  • Luka lama sembuhnya.

  • Kesemutan di tangan atau kaki.

Kalau kamu udah ngalamin lebih dari dua gejala di atas dan itu terus-menerus, segera cek gula darah. Jangan sok kuat.

Perjalanan Saya Memperbaiki Pola Hidup – Nggak Mudah, Tapi Bisa

Jujur aja, awalnya saya stres banget. Dokter bilang kalau nggak jaga pola makan, bisa beneran masuk kategori diabetes melitus dalam 1-2 tahun. Tapi alhamdulillah waktu itu saya masih di fase pre-diabetes, jadi masih bisa dibalikkan.

Perjuangannya? Wah, luar biasa.

1. Mengurangi nasi putih: Ini susah banget. Saya pecinta nasi sejati. Tapi saya coba pelan-pelan, ganti ke nasi merah, terus mulai porsi dikurangi.

2. Stop minuman manis: Ini termasuk teh botol, kopi sachet, boba, soda. Semua saya berhentiin. Awalnya kepala sakit, tapi lama-lama biasa.

3. Olahraga ringan tapi rutin: Saya mulai dari jalan kaki 30 menit tiap pagi. Nggak usah maraton dulu. Yang penting konsisten.

4. Tidur cukup dan stres dikontrol: Ternyata kurang tidur juga bisa naikkan gula darah, lho. Dan stres juga bikin hormon kortisol naik, yang bikin gula darah makin tinggi.

Sekarang, 5 tahun kemudian, saya masih bukan orang yang sempurna. Tapi gula darah saya normal di kisaran 90-110 mg/dL. Dan saya jauh lebih sadar sama apa yang saya makan dan gaya hidup saya.

Tips Nyata untuk Mencegah Diabetes dari Pengalaman Pribadi

Risiko Patah Tulang pada Pengobatan Diabetes Melitus | Sejawat

Oke, ini bagian pentingnya. Kalau kamu pengin tetap sehat dan jauh dari diabetes melitus, berikut tips berdasarkan pengalaman saya pribadi. Jangan tunggu sampai terlambat.

1. Cek gula darah setahun sekali.

Apalagi kalau ada riwayat keluarga. Cek puasa dan setelah makan (2 jam post-prandial). Bisa dilakukan di puskesmas.

2. Ganti gula pasir dengan gula alami.

Saya sekarang pakai stevia atau kadang madu murni (tetap dibatasi). Jangan tertipu label “tanpa gula” tapi tinggi karbo simpleks.

3. Jangan duduk terlalu lama.

Kalau kerja di depan laptop, coba jalan kaki tiap 30 menit. Sirkulasi darah penting banget buat metabolisme.

4. Tidur cukup, minimal 6-7 jam.

Ini sering disepelekan. Padahal kualitas tidur yang buruk bisa meningkatkan resistensi insulin.

5. Kurangi karbohidrat berlebih.

Bukan cuma nasi, tapi juga roti putih, mie instan, cemilan tepung-tepungan. Ganti dengan serat tinggi dan protein.

6. Jangan anggap remeh gejala kecil.

Mudah haus, lelah, atau luka kecil yang nggak sembuh — itu alarm tubuh.

Jangan Tunggu Kena, Baru Peduli

Saya menulis artikel ini bukan karena saya udah ahli kesehatan. Tapi karena saya ngalamin sendiri gimana rasanya nyaris kena diabetes melitus , dan gimana rasanya merubah hidup karena takut kehilangan kesehatan.

Kalau ada satu hal yang bisa saya tekankan: cegah itu jauh lebih murah, lebih gampang, dan lebih nggak menyakitkan daripada mengobati.

Sekarang saya lebih bijak saat lihat makanan manis atau gorengan. Bukan berarti nggak boleh, tapi semua ada porsinya.

Kalau kamu sayang diri sendiri, keluarga, dan masa depanmu — mulai sekarang peduli sama kesehatan. Cek gula darah. Perbaiki pola makan. Bergerak. Tidur cukup.

Dan kalau kamu masih muda, itu bukan alasan buat cuek. Justru itu saat terbaik untuk membangun tubuh yang kuat dan tahan dari penyakit jangka panjang seperti diabetes melitus.

Baca juga artikel menarik lainnya tentang Jahe Merah untuk Daya Tahan Tubuh: Tips, Resep, dan Pengalaman Nyata disini

Author