Bunga Sakura: Simbol Keindahan yang Mengajarkan Arti Hidup dan Waktu

Ada satu momen yang sampai hari ini masih membekas kuat di ingatan saya: berdiri di bawah pohon sakura yang bermekaran di pinggiran Sungai Meguro, Tokyo, sambil merasakan lembutnya kelopak bunga jatuh menyentuh pundak. Saat itu, saya baru menyadari mengapa bunga sakura begitu dicintai oleh masyarakat Jepang, bahkan oleh jutaan orang di seluruh dunia. Ada keindahan yang tak hanya terlihat oleh mata, tapi juga menyentuh hati—keindahan yang seolah berbicara tentang waktu, kehidupan, dan kefanaan.

Dalam artikel ini, saya ingin mengajak Anda mengenal lebih dekat bunga sakura, mulai dari asal-usul, makna budaya, jenis-jenisnya, hingga pengalaman pribadi menyaksikan festival hanami di Jepang. Artikel ini bukan hanya sekadar panduan wisata atau ensiklopedia bunga, melainkan kisah penuh refleksi tentang keindahan hidup yang disimbolkan oleh bunga mungil berwarna merah muda ini.

Asal-Usul dan Sejarah Bunga Sakura

Ini Dia 7 Spot yang Sempurna untuk Menikmati Keindahan Bunga Sakura di Hakodate! | Jadwal Acara Tahunan | Travel Hakodate

Sebelum saya benar-benar mengenal sakura, saya sempat mengira bahwa bunga ini hanyalah simbol musim semi yang indah. Tapi ternyata, di balik kelopak lembutnya tersimpan sejarah panjang.

Bunga sakura (Prunus serrulata) berasal dari keluarga Rosaceae, yang masih satu keluarga dengan mawar dan prem. Jepang memang menjadi negara yang paling identik dengan bunga ini, namun sebenarnya sakura juga tumbuh di beberapa negara lain seperti Korea Selatan, Tiongkok, dan bahkan sebagian wilayah Amerika Serikat.

Menurut catatan sejarah Jepang, bunga sakura sudah dikenal sejak Periode Nara (710–794 Masehi). Saat itu, bunga sakura dianggap suci dan sering dikaitkan dengan Shintoisme, agama asli Jepang yang menghormati alam. Masyarakat percaya bahwa dewa-dewi (kami) bersemayam di pepohonan, dan bunga sakura dianggap sebagai tempat tinggal mereka saat musim semi tiba.

Seiring berjalannya waktu, sakura menjadi lambang nasional Jepang, menggantikan bunga ume (plum) yang dulu lebih populer di kalangan bangsawan. Sejak zaman Heian (794–1185), tradisi hanami, yaitu piknik di bawah pohon sakura, mulai dilakukan oleh kalangan istana. Mereka menikmati keindahan bunga sambil menulis puisi atau minum sake bersama Wikipedia.

Makna Filosofis: Keindahan yang Fana

Yang membuat saya jatuh cinta pada sakura bukan hanya warnanya, tapi makna mendalam di balik mekarnya yang singkat.
Sakura biasanya hanya mekar selama satu hingga dua minggu. Setelah itu, kelopaknya berguguran dan membentuk “hujan bunga” yang begitu indah namun menyedihkan.

Orang Jepang menyebut konsep ini dengan istilah “Mono no Aware”, yang berarti kesadaran akan kefanaan dan keindahan yang sementara. Bunga sakura mengingatkan kita bahwa hidup ini singkat—kita harus menikmatinya selagi bisa.

Setiap kali saya melihat bunga sakura berguguran, saya merasa seperti sedang diingatkan untuk mensyukuri setiap detik dalam hidup, karena tak ada yang abadi. Inilah yang membuat sakura lebih dari sekadar bunga; ia adalah simbol kehidupan itu sendiri.

Jenis-Jenis Bunga Sakura yang Menawan

Ternyata, tidak semua bunga sakura berwarna merah muda pucat seperti yang sering kita lihat di foto. Saat saya mengunjungi taman Ueno di Tokyo, saya baru tahu bahwa ada banyak sekali varietas bunga sakura dengan bentuk, warna, dan waktu mekar yang berbeda.

Berikut beberapa jenis bunga sakura yang paling terkenal di Jepang:

  1. Somei Yoshino (染井吉野)
    Ini adalah jenis sakura yang paling umum dan paling ikonik di Jepang. Kelopaknya berwarna putih dengan semburat merah muda lembut. Biasanya mekar pada akhir Maret hingga awal April. Saat mekar penuh, pohon Somei Yoshino tampak seperti lautan putih yang memukau.

  2. Yamazakura (山桜)
    Jenis sakura liar yang tumbuh di pegunungan Jepang. Warna bunganya lebih gelap, dan daunnya sering muncul bersamaan dengan bunga. Sakura ini sering disebut sebagai “sakura asli Jepang”.

  3. Shidarezakura (枝垂れ桜)
    Dikenal juga sebagai sakura “menangis” karena cabangnya menggantung ke bawah seperti pohon willow. Jenis ini tampak sangat anggun dan sering menjadi objek favorit fotografer.

  4. Kawazu-zakura (河津桜)
    Mekar lebih awal, biasanya pada bulan Februari di daerah Kawazu, Shizuoka. Warna bunganya lebih cerah, mendekati merah muda tua.

  5. Yaezakura (八重桜)
    Mempunyai banyak lapisan kelopak, bisa mencapai 30 hingga 50 helai per bunga. Mekarnya lebih lambat, sekitar akhir April hingga awal Mei.

Ketika saya melihat berbagai jenis sakura ini di satu tempat, saya merasa seperti sedang menatap pelangi versi bunga—setiap warna dan bentuknya punya cerita tersendiri.

Festival Hanami: Perayaan Mekarnya Sakura

Salah satu pengalaman paling berkesan dalam hidup saya adalah menghadiri festival hanami.
Hanami secara harfiah berarti “melihat bunga”, tapi praktiknya jauh lebih dari itu. Orang-orang Jepang menggelar tikar biru di bawah pohon sakura, membawa bekal seperti sushi, bento, onigiri, dan sake, lalu menghabiskan waktu bersama teman atau keluarga.

Saat saya pertama kali ikut hanami di Taman Ueno, saya takjub melihat suasananya. Di antara kerumunan orang, terdengar tawa, lagu, dan aroma makanan khas Jepang. Langit biru cerah berpadu dengan kelopak bunga yang beterbangan menciptakan suasana yang benar-benar magis.

Saya bahkan sempat berbincang dengan seorang ibu paruh baya yang berkata,

“Sakura selalu membuat saya menangis bahagia. Setiap tahun ia datang, tapi setiap tahun juga ia pergi begitu cepat.”

Ucapan itu menampar hati saya. Betapa sering kita lupa menghargai momen karena terlalu sibuk menunggu hal besar dalam hidup. Hanami mengajarkan saya bahwa kebahagiaan sejati ada dalam hal-hal kecil, seperti duduk di bawah pohon dan menikmati bunga yang akan segera gugur.

Sakura di Luar Jepang: Pesonanya Mendunia

Foto Bunga sakura - Unduh Gambar Berkualitas Tinggi Gratis | Freepik

Walau sakura identik dengan Jepang, pesonanya kini telah mendunia. Banyak negara menanam pohon sakura sebagai simbol persahabatan dan perdamaian.

Salah satu kisah paling terkenal adalah ketika Jepang menghadiahkan 3.000 pohon sakura kepada Amerika Serikat pada tahun 1912 sebagai tanda persahabatan antara kedua bangsa. Pohon-pohon itu ditanam di Washington D.C. dan menjadi cikal bakal dari National Cherry Blossom Festival yang digelar setiap musim semi.

Saya sempat mengunjungi festival ini beberapa tahun lalu, dan suasananya tidak kalah meriah dibandingkan hanami di Jepang. Ribuan orang berkumpul di sekitar Tidal Basin untuk menikmati pemandangan sakura yang bermekaran dengan latar belakang Monumen Washington—pemandangan yang luar biasa indah dan simbolis.

Selain Amerika, negara seperti Korea Selatan, Tiongkok, Taiwan, Kanada, bahkan Indonesia (khususnya di kawasan Cibodas dan Malang) juga memiliki taman sakura yang menjadi daya tarik wisata. Sakura seolah telah menjadi bahasa universal tentang keindahan dan harapan.

Bunga Sakura dalam Seni dan Budaya Populer

Keindahan sakura juga sering muncul dalam berbagai karya seni—mulai dari puisi, lukisan, hingga film dan anime.
Salah satu puisi Jepang klasik yang saya sukai berbunyi:

“Jika hanya ada satu hal yang tak pernah berubah di dunia ini,
Maka itu adalah keindahan sakura yang mekar dan gugur setiap tahun.”

Dalam dunia anime, bunga sakura kerap digunakan sebagai simbol pertemuan dan perpisahan. Lihat saja anime legendaris seperti Your Name, Clannad, atau 5 Centimeters per Second—semuanya menggunakan sakura untuk menggambarkan momen emosional antara karakter.

Bahkan dalam dunia musik, sakura sering menjadi inspirasi. Lagu “Sakura” karya Naotaro Moriyama, misalnya, menggambarkan perasaan nostalgia saat melihat bunga sakura jatuh di musim semi.

Bagi saya, sakura bukan sekadar elemen estetika, melainkan simbol dari perjalanan hidup, cinta, dan kenangan.

Sakura dan Pariwisata: Magnet Musim Semi Jepang

Setiap tahun, sekitar 60 juta wisatawan datang ke Jepang untuk menyaksikan keindahan bunga sakura. Pemerintah Jepang bahkan memiliki ramalan resmi waktu mekar sakura yang disebut Sakura Zensen atau “Cherry Blossom Front”. Ramalan ini dipantau ketat karena waktu mekar berbeda di setiap wilayah.

  • Di Okinawa, sakura biasanya mekar paling awal, sekitar Januari.

  • Di Tokyo dan Kyoto, puncaknya pada akhir Maret hingga awal April.

  • Di Hokkaido, sakura baru mekar sekitar Mei.

Saat musim ini tiba, seluruh Jepang berubah menjadi lautan warna merah muda dan putih. Restoran, kafe, bahkan toko serba ada mengeluarkan produk edisi terbatas bertema sakura—mulai dari latte rasa sakura, mochi, hingga es krim.

Saya sendiri tak bisa melupakan rasa lembut Sakura Mochi, kue beras manis yang dibungkus daun sakura asin. Rasanya manis, gurih, dan harum—seperti musim semi yang bisa dimakan.

Makna Spiritual dan Emosional bagi Orang Jepang

Setiap bangsa punya bunga yang mewakili jiwanya. Bagi Jepang, bunga itu adalah sakura.
Bagi mereka, sakura bukan hanya lambang kecantikan, tapi juga semangat bushido—etika ksatria samurai. Mereka percaya bahwa seperti bunga sakura yang gugur dengan anggun, seorang samurai pun harus siap menghadapi kematian dengan kehormatan.

Karena itulah, sakura juga menjadi lambang keberanian, pengorbanan, dan kebanggaan nasional. Di sisi lain, bagi masyarakat modern Jepang, sakura juga melambangkan awal baru—karena musim semi bertepatan dengan tahun ajaran baru dan awal tahun kerja di Jepang.

Setiap kali melihat sakura, orang Jepang seakan diingatkan bahwa meski hidup penuh perpisahan dan akhir, selalu ada kesempatan untuk mulai lagi.

Tips Menikmati Bunga Sakura bagi Wisatawan

Jika Anda berencana mengunjungi Jepang saat musim sakura, berikut beberapa tips berdasarkan pengalaman pribadi saya:

  1. Perhatikan Jadwal Mekar (Sakura Forecast)
    Karena waktunya singkat, periksa Sakura Zensen untuk tahu kapan bunga akan mekar di kota tujuan Anda.

  2. Kunjungi Lokasi Terbaik
    Beberapa tempat populer untuk menikmati sakura antara lain:

    • Taman Ueno (Tokyo)

    • Sungai Meguro (Tokyo)

    • Maruyama Park (Kyoto)

    • Istana Hirosaki (Aomori)

    • Gunung Yoshino (Nara)

  3. Datang Lebih Awal
    Tempat hanami biasanya penuh. Datang pagi-pagi agar dapat tempat strategis di bawah pohon sakura.

  4. Bawa Bekal Sendiri
    Nikmati piknik gaya Jepang—bawa bento, teh hijau, dan camilan ringan.

  5. Nikmati dengan Hati Tenang
    Jangan hanya sibuk memotret. Duduklah, hirup udara musim semi, dan rasakan momen sakura yang singkat namun berharga.

 

 

Baca juga fakta seputar : Blog

Baca juga artikel menarik tentang  : Stone Island di Indonesia: Gaya Streetwear Premium yang Bikin Ngiler!

Author