Hekeng

Hekeng: Kuliner Legendaris yang Bikin Saya Kangen Rumah

Jujur aja, saya baru tahu tentang Hekeng sekitar lima tahun lalu. food Padahal lidah ini sudah kenyang makan bakso, siomay, bahkan lumpia Semarang, tapi Hekeng? Nggak pernah dengar. Pertama wikipedia kali saya coba Hekeng itu waktu lagi nginep di rumah teman di Pontianak. Katanya, “Lu harus cobain Hekeng, ini makanan khas yang nggak semua orang tau.”

Awalnya saya pikir Hekeng itu semacam makanan berat yang ribet, mungkin semacam kue lapis legit dengan rasa ekstrem—eh, ternyata bentuknya lebih mirip otak-otak atau siomay yang digoreng, tapi warnanya kecokelatan dan ada tekstur yang menggoda. Rasanya? Nanti dulu, kita bahas pelan-pelan.

Waktu pertama kali gigit, saya kaget. Campuran udang, babi cincang (kadang diganti ayam atau ikan), dan aroma yang kuat dari bumbu rempah kayak ketumbar dan bawang putih bikin saya ngerasa kayak lagi makan makanan festival Tionghoa yang otentik banget.

Rasanya dalam. Bukan sekadar gurih, tapi ada lapisan rasa yang kaya dan bikin mikir: kok bisa seenak ini dan saya baru tahu sekarang?

Hekeng Itu Apa Sih Sebenarnya?

Kalau kamu belum tahu, Hekeng adalah makanan khas Peranakan Tionghoa yang biasa ditemukan di Pontianak, Singkawang, dan beberapa daerah lain di Kalimantan Barat. Orang Hakka nyebut ini Ngohiang, walaupun bentuk dan isinya bisa beda-beda. Tapi di Kalimantan Barat, Hekeng biasanya dibuat dari campuran daging cincang (babi atau ayam), udang, tepung sagu, kadang tahu juga, dan dibumbui dengan rempah-rempah kuat.

Hekeng

Campurannya itu dibungkus pakai kulit tahu (bean curd skin), terus dikukus, lalu digoreng sampai bagian luarnya garing dan dalamnya lembut kenyal.

Saya pernah tanya ke penjual Hekeng di pasar pagi Singkawang, dia bilang, “Kalau Hekeng itu nggak ada aroma lima rempah dan nggak ada udangnya, itu bukan Hekeng asli.”

Nah, dari situ saya makin paham: Hekeng bukan cuma makanan, tapi juga warisan budaya. Resep turun-temurun, bumbu otentik, dan proses bikinnya yang telaten banget.

Kenapa Saya Terobsesi Sama Hekeng?

Ada satu kejadian yang bikin saya makin cinta sama Hekeng. Waktu itu saya lagi di Jakarta, craving Hekeng parah. Tapi di Jakarta susah banget cari yang autentik. Kebanyakan restoran Tionghoa cuma jual siomay goreng atau lumpia. Hekeng? Nggak ada.

Akhirnya saya coba bikin sendiri. Saya cari resep Hekeng di blog-blog makanan dan YouTube. Bahan-bahannya nggak terlalu sulit dicari, tapi bikin kulit tahu tetap renyah itu tantangan. Saya gagal di batch pertama karena bungkusnya terlalu tipis dan kebanyakan minyak. Tapi ya udah, saya tetap makan sambil senyum kecut.

Hekeng

Batch kedua, saya coba kukus dulu baru goreng sebentar aja. Hasilnya? Cukup mendekati rasa asli yang saya ingat dari Pontianak. Udang cincang, bawang putih, lada putih, dan kecap asin bikin rasanya naik level. Tambah saus sambal dan acar mentimun, beuh… mantap!

Sejak itu saya suka eksperimen Hekeng dengan versi saya sendiri. Kadang pakai ayam cincang dan jamur, kadang ganti udangnya pakai ikan tenggiri. Yang penting teksturnya tetap kenyal dan aromanya “nendang.”

Tips Menikmati Hekeng ala Saya

Kalau kamu penasaran mau coba Hekeng, ini beberapa tips dari pengalaman saya:

  1. Makan Selagi Panas
    Hekeng yang baru digoreng punya tekstur kulit tahu yang renyah dan isian yang juicy. Kalau dibiarkan dingin, kulitnya jadi lembek, dan rasanya nggak se-wow awalnya.

  2. Pasangan Wajib: Acar & Saus Sambal
    Acar mentimun yang asam segar bikin Hekeng nggak bikin eneg. Dan saus sambal (bukan saus tomat ya) itu nambah kick pedas yang cocok banget.

  3. Jangan Takut Bereksperimen
    Kalau kamu nggak bisa makan babi, pakai ayam cincang atau udang aja. Bahkan tahu atau jamur juga bisa dijadiin isian. Intinya tetap di bumbu dan cara membungkusnya.

  4. Coba Cari di Pasar Tradisional Tionghoa
    Di beberapa kota, ada komunitas Tionghoa yang masih jualan Hekeng asli. Di Surabaya, saya pernah nemu di Pasar Atom. Di Semarang juga ada beberapa restoran Peranakan yang jual, tapi harganya lumayan mahal.

Pelajaran yang Saya Petik dari Makanan Ini

Yang saya sadari dari pengalaman makan (dan bikin) Hekeng ini, ternyata makanan itu bisa jadi jembatan untuk ngerti budaya lain. Waktu saya ngobrol sama penjual Hekeng atau baca cerita dari blog-blog keluarga Tionghoa, saya belajar banyak soal bagaimana makanan ini bukan cuma enak, tapi juga simbol perayaan, kebersamaan, dan warisan keluarga.

Saya juga jadi makin appreciate proses masak. Bukan cuma soal campur adonan dan goreng, tapi gimana menjaga tekstur, rasa, dan tampilan agar sesuai dengan kenangan atau ekspektasi.

Dan yang paling penting: saya jadi belajar sabar. Karena bikin Hekeng itu nggak bisa buru-buru. Harus telaten motong bahan, mencincang, membungkus rapi, dan menunggu dengan sabar saat mengukus dan menggoreng. Mirip hidup, kan?

Hekeng di Era Modern: Dikit-Dikit Viral

Lucunya, sekarang Hekeng mulai dikenal lagi karena konten-konten di TikTok dan Instagram. Banyak food vlogger yang mulai “revisit” makanan-makanan lawas dan nemu kalau Hekeng ini hidden gem banget. Tapi, tetap aja, nggak semua tempat jual Hekeng asli.

Hekeng

Saya pernah tertipu waktu beli Hekeng frozen di marketplace. Pas sampai, isinya lebih mirip nugget kulit tahu, dan rasanya hambar. Ya udahlah, pelajaran buat nggak sembarangan beli makanan khas online tanpa review jelas.

Makanya kalau kamu penasaran sama rasa Hekeng, better cari langsung di kota yang terkenal punya budaya Peranakan kuat. Atau kalau mau masak sendiri, luangkan waktu dan coba resep yang benar-benar autentik.

Resep Singkat Hekeng Versi Saya

Karena banyak yang nanya (ya walaupun belum tentu kalian nanya, anggap aja ada yang nanya ya), ini resep Hekeng homemade favorit saya:

Bahan:

  • 200 gram udang cincang

  • 150 gram ayam cincang

  • 1 butir telur

  • 1 sdm kecap asin

  • 1 sdm minyak wijen

  • 1 sdt lada putih

  • 2 siung bawang putih, haluskan

  • 1 sdm tepung sagu/tapioka

  • 1 lembar besar kulit tahu (rendam air hangat, peras)

Cara Membuat:

  1. Campur semua bahan jadi satu (kecuali kulit tahu).

  2. Ambil kulit tahu, isi adonan, gulung rapi seperti lontong.

  3. Kukus selama 20–25 menit.

  4. Setelah dingin, potong-potong, lalu goreng sebentar sampai cokelat keemasan.

Selesai! Makan dengan acar timun dan saus sambal. Puas banget!

Penutup: Jangan Remehkan Makanan yang Nggak Populer

Dari semua makanan yang pernah saya coba, Hekeng termasuk yang paling underrated. Mungkin karena namanya nggak familiar, bentuknya biasa aja, atau susah dicari di luar kota-kota tertentu. Tapi buat saya, ini salah satu makanan yang bikin saya merasa terhubung dengan cerita orang lain, bahkan yang nggak saya kenal.

Kalau kamu suka eksplor kuliner dan nyari pengalaman makan yang “dalam,” Hekeng harus masuk daftar.

Saya yakin suatu hari nanti, makanan kayak gini bisa punya spotlight lebih besar. Tapi untuk sekarang, biar kita aja dulu yang nikmatin diam-diam. Karena kadang, hal terbaik itu memang yang tersembunyi dan kita temukan secara nggak sengaja.

Baca Juga Artikel Ini: Lotek: Rahasia Hidangan Nusantara yang Bikin Nagih dan Gampang Dibuat

Author