Saya masih ingat pertama kali saya menyaksikan demo teleoperated robot—itu di sebuah pameran teknologi kecil di Jakarta sekitar 2014. Seorang mahasiswa teknik memperlihatkan robot kecil yang bisa dikendalikan dari laptop. Bukan cuma gerak ke kiri-kanan, tapi juga bisa mengangkat benda kecil dan bahkan menyampaikan suara dari operator lewat speaker. Waktu itu saya cuma bisa bilang, “Gila, keren banget!”
Dari situ, saya mulai ngulik lebih dalam. Ternyata, technology teleoperated robot itu bukan sekadar mainan canggih. Ini adalah perpaduan antara kontrol manusia dan eksekusi mesin, dengan peran besar dalam dunia medis, militer, industri, dan eksplorasi ruang angkasa. Kita bicara soal robot yang bisa menyelamatkan nyawa tanpa mempertaruhkan nyawa operatornya.
Kalau kamu mikir robot itu kayak Wall-E atau Optimus Prime yang bisa mikir sendiri, ini beda. Teleoperated robot itu kayak “perpanjangan tangan” kita—kita yang ngendaliin, dia yang bergerak.
Apa Itu Teleoperated Robot? (Dan Bukan, Ini Bukan Robot Otonom)
Secara sederhana, teleoperated robot adalah robot yang dikendalikan dari jarak jauh oleh manusia. Bisa lewat joystick, komputer, bahkan headset VR. Nggak kayak robot otonom yang “berpikir sendiri” pakai AI, robot ini perlu manusia di balik layar Standart bots.
Biasanya, sistem ini terdiri dari:
Unit robotik (fisiknya)
Sistem komunikasi (untuk kirim sinyal)
Kontroler/operator (manusia yang ngarahin)
Contohnya?
🔹 Robot pembedahan jarak jauh (kayak da Vinci Surgical System)
🔹 Drone militer
🔹 Robot penjinak bom
🔹 Robot penjelajah Mars (seperti Perseverance milik NASA)
Yang menarik, semakin majunya teknologi komunikasi—terutama 5G dan latency rendah—membuat respons robot ini nyaris real-time. Jadi kendalinya makin presisi.
Kenapa Teleoperated Robot Sangat Berpengaruh untuk Kehidupan Manusia?
Kalau kamu pernah nonton video robot medis yang bantu operasi dari ribuan kilometer jauhnya, kamu pasti paham betapa pentingnya teknologi ini. Saya pribadi langsung merinding waktu nonton dokter dari Eropa mengoperasi pasien di Asia hanya dengan alat bantu teleoperation.
Jadi, kenapa teleoperated robot penting banget?
Keselamatan
Bisa masuk ke zona bahaya tanpa membahayakan manusia—entah itu area ledakan, reaktor nuklir bocor, atau zona perang.
Akses Global
Dokter ahli di kota besar bisa bantu pasien di desa terpencil tanpa harus terbang ke sana.
Efisiensi Operasional
Di sektor logistik atau manufaktur, robot ini bisa kerja di area ekstrem seperti suhu tinggi atau radiasi tinggi.
Pendidikan dan Eksplorasi
Bayangin anak-anak sekolah di Indonesia bisa “menjelajahi” museum di Jepang atau laboratorium luar angkasa lewat robot.
Jujur aja, saya nggak pernah nyangka teknologi ini bisa berdampak sedalam ini. Dulu saya kira cuma buat militer dan film sci-fi. Tapi sekarang? Bahkan dunia pertanian pun pakai robot ini buat panen di medan sulit.
Apa yang Mendorong Munculnya Teleoperated Robot?
Pertanyaan menarik. Kenapa kok orang repot-repot bikin robot yang dikendalikan jarak jauh?
Salah satunya karena kebutuhan. Banyak pekerjaan terlalu berbahaya atau tidak memungkinkan untuk dilakukan manusia secara langsung. Kayak:
Pemadam kebakaran di kilang minyak
Eksplorasi laut dalam
Eksperimen ilmiah di lingkungan berbahaya
Selain itu, ada juga dorongan dari:
Perkembangan teknologi internet dan komunikasi
Tanpa jaringan cepat dan stabil, mustahil ngontrol robot dari jauh.Kemajuan sensor dan aktuator
Sekarang robot bisa “merasakan” tekanan, suhu, dan posisi, lalu kasih umpan balik ke operator.Lonjakan kebutuhan akan otomasi selama pandemi
Sejak COVID-19, banyak perusahaan cari solusi kerja tanpa kontak fisik. Robot teleoperasi jadi pilihan.
Saya sempat ngobrol sama teman yang kerja di bidang teknik mekatronika, dia bilang perkembangan ini cepat banget. Kadang mereka bahkan belum selesai satu prototipe, eh teknologinya udah berkembang lagi.
Tips Membuat Teleoperated Robot (Dari yang Pernah Nyoba dan Gagal)
Oke, ini bagian yang agak malu-maluin.
Saya pernah ikut workshop bikin teleoperated robot sederhana. Tujuannya: bikin robot pengantar barang yang dikontrol via Wi-Fi.
Dan… hasilnya? Gagal total di hari pertama
Tapi dari kegagalan itu, saya belajar banyak. Buat kamu yang pengin nyoba, ini tips dari pengalaman pribadi:
1. Pahami dasar elektronik & mikrokontroler
Saya waktu itu langsung loncat ke coding tanpa ngerti arus dan resistor. Hasilnya? Komponen kebakar.
Coba pelajari dulu Arduino atau Raspberry Pi, itu jadi otak robot kamu.
2. Pakai modul komunikasi yang stabil
Kalau kamu mau kontrol via internet, Wi-Fi atau jaringan seluler adalah kunci. Hindari modul murahan yang gampang lost connection.
3. Gunakan kamera streaming
Penting banget biar kamu bisa lihat posisi robot. Modul kamera kayak ESP32-CAM murah tapi berguna.
4. Sediakan kontrol manual untuk darurat
Kalau robot ngaco, kamu butuh tombol buat “matiin paksa” semua gerakan. Safety first, bro!
5. Cek daya baterai dan arus beban
Kebanyakan pemula (termasuk saya) lupa, motor servo butuh arus besar. Kalau kamu salah hitung, robot bisa mati sendiri waktu jalan.
Dan yang paling penting: jangan takut gagal. Saya butuh 3 kali percobaan sampai robot saya bisa jalan dan dikontrol dari HP. Tapi sensasinya luar biasa.
Kegunaan Teleoperated Robot dalam Dunia Nyata
Kalau kamu masih mikir ini cuma mainan mahal, coba lihat aplikasi nyata berikut:
Dunia Medis
Bedah jarak jauh dengan presisi tinggi
Robot perawat di ruang isolasi COVID-19
Eksplorasi Luar Angkasa
Rover di Mars yang dikendalikan NASA
Robot di ISS yang bantu eksperimen
Militer & Penjinakan Bom
Robot pelacak ranjau
Drone intai jarak jauh
Keselamatan & Bencana
Robot masuk ke reruntuhan gempa
Deteksi gas beracun tanpa manusia masuk
Industri & Perawatan Mesin
Robot periksa pipa di dalam reaktor nuklir
Perawatan jalur rel bawah tanah
Pertanian Modern
Robot pemantau ladang
Pemupukan otomatis di medan curam
Saya pribadi cukup amazed waktu tahu bahwa robot teleoperasi dipakai di pertambangan bawah tanah buat ngecek gas dan struktur tanah. Bahkan ada robot kecil yang bisa masuk lubang sempit dan kasih video real-time.
Masa Depan Teleoperated Robot—Kita Baru Mulai!
Kalau boleh jujur, saya merasa kita masih di tahap awal dari potensi besar teleoperated robot. Kombinasi antara AI, 5G, dan robotika akan bikin batas antara jarak dan kemampuan makin kabur.
Bisa jadi, 10 tahun lagi, siswa di desa bisa “magang” di pabrik Jepang lewat robot. Atau pasien di pedalaman Papua bisa dioperasi oleh ahli bedah dari Singapura tanpa perlu terbang.
Tapi ya, kayak semua teknologi, ini juga butuh etika dan aturan yang jelas. Masalah privasi, penyalahgunaan militer, hingga penggantian tenaga kerja manusia adalah isu serius yang perlu kita bahas bareng-bareng.
Yang jelas, pengalaman saya “ngoprek” robot sederhana itu ngasih pelajaran penting: teknologi keren bukan buat gaya-gayaan. Tapi buat bantu manusia. Dan kalau kita bisa jadi bagian dari itu, bahkan sekecil apapun—itu luar biasa.
Baca juga artikel menarik lainnya tentang MSI Thin GF63: Laptop Gaming Ringan yang Jadi Andalan Para Profesional dan Gamer Indonesia disini