Gaya Hidup Zero Waste Gue inget banget saat itu, hari Sabtu pagi, gue lagi bersih-bersih rumah. Tiba-tiba, gue sadar kalau di bawah wastafel, lemari dapur, dan pojok kamar itu… penuh banget sama sampah. Plastik kresek bekas, botol minuman kosong, wadah makanan, kemasan belanja online. Rasanya kayak rumah gue bukan tempat tinggal lagi, tapi gudang sampah tak terlihat.
Seketika gue ngerasa kayak ditampar. Gimana bisa segitu banyaknya, padahal gue tinggal sendirian? Itu momen pertama gue nyadar kalau pola hidup gue itu, meskipun praktis, ternyata nyumbangin masalah besar yang nggak kelihatan—limbah.
Dari situ gue mulai kepikiran soal Gaya Hidup Zero Waste. Sebelumnya cuma denger dari social media, keliatan keren sih, tapi kayaknya ribet banget. Tapi pas liat kondisi rumah sendiri… gue tahu, gue harus mulai berubah.
Awalnya Gue Nggak Peduli Sampah, Sampai Gue Ngelihat Gunung Plastik di Rumah Sendiri
Apa Sih Gaya Hidup Zero Waste Itu, dan Kenapa Bukan Cuma Buat Orang Kaya Kota Besar
Banyak orang ngira gaya hidup zero waste itu harus ekstrem—nggak buang apa pun, semua serba alami, semuanya DIY. Tapi setelah gue belajar dari banyak sumber (blog, YouTube, komunitas), ternyata makna Gaya Hidup Zero Waste itu bukan soal nol sampah literal, tapi lebih ke arah meminimalkan sampah yang kita hasilkan.
Kuncinya ada di prinsip 5R:
Refuse (Tolak)
Jangan ambil yang nggak lo butuh (souvenir gratis, plastik sekali pakai, dsb.)Reduce (Kurangi)
Punya barang secukupnya ajaReuse (Gunakan Ulang)
Pilih barang yang bisa dipakai berulangRecycle (Daur Ulang)
Sebisa mungkin olah ulang yang masih bisaRot (Komposkan)
Sampah organik jangan dibuang begitu aja
Dan ya, siapa pun bisa mulai. Nggak harus tinggal di kota besar, nggak harus punya uang banyak. Gue sendiri mulai dari rumah kontrakan kecil di pinggiran kota.
Langkah Pertama Gue: Plastik Kresek, Kamu Duluan yang Pergi
Yang pertama gue ubah adalah kebiasaan paling umum: pakai kantong plastik. Awalnya susah sih, soalnya tiap belanja pasti dikasih otomatis. Tapi lama-lama gue biasain bawa tas belanja kain sendiri, bahkan ada yang bisa dilipet jadi kayak dompet kecil.
Nggak nyangka, dengan satu tas itu, gue bisa nolak puluhan plastik per bulan. Sekali waktu, kasir minimarket nyuruh gue ambil plastik sendiri. Gue bilang “nggak usah,” dia heran, tapi kemudian senyum. Mulai dari situ gue jadi terbiasa bawa perlengkapan sendiri—tas, botol minum, tempat makan.
Dan lo tahu nggak? Rasanya tuh enak. Ada kepuasan kecil yang nyusup pelan-pelan karena tahu lo nggak nambah beban bumi hari itu.
Gagal DIY Pasta Gigi: Nggak Apa-Apa, Namanya Juga Belajar
Tapi, seperti halnya proses belajar, pasti ada kegagalan. Salah satu kegagalan gue yang paling konyol adalah waktu nyoba bikin pasta gigi sendiri dari baking soda dan minyak kelapa. Waktu itu semangat banget karena katanya bahan alami lebih aman dan nol limbah.
Eh, hasilnya? Rasanya kayak ngunyah pasir gurih, dan gigi gue malah jadi ngilu. Langsung balik ke pasta gigi biasa—tapi sekarang gue pilih yang kemasannya bisa didaur ulang atau beli dari produsen lokal yang pakai kemasan isi ulang.
Gue belajar bahwa gaya hidup zero waste itu bukan soal nyiksa diri atau maksain semua harus alami. Tapi lebih ke menyesuaikan secara perlahan, satu per satu, sambil tetap nyaman dikutip dari laman resmi Pemerintah Kota Cimahi.
Gue Mulai Bikin Kompos di Rumah: Bau? Iya, Awalnya…
Salah satu lompatan besar gue adalah mulai bikin kompos dari sisa dapur. Kulit pisang, ampas kopi, sisa sayur, daun kering—semua gue kumpulin di satu ember yang dilubangi.
Di minggu pertama… bau banget. Karena gue belum ngerti cara nyimbangin “brown” dan “green” material (istilahnya sampah kering vs sampah basah). Tapi setelah banyak belajar, nonton video dari petani urban, dan ngobrol sama tetangga yang nanem di rooftop, akhirnya gue paham.
Sekarang kompos gue wangi tanah segar, dan hasilnya bisa dipakai buat pupuk tanaman. Gue nggak cuma ngurangin sampah, tapi juga nambah kualitas hidup karena punya kebun kecil yang makin subur.
Gaya Hidup Zero Waste Nggak Selalu Instagramable, Tapi Selalu Meaningful
Gue akui, kadang-kadang ekspektasi soal gaya hidup zero waste tuh terlalu “cantik” di media sosial. Kulkas estetik, botol kaca rapi, label tulisan tangan, dapur ala Pinterest. Tapi kenyataannya nggak selalu kayak gitu.
Kadang gue masih pakai wadah bekas margarin buat tempat makanan. Kadang isi lemari dapur gue campur aduk karena hasil refill dari pasar tradisional. Tapi semua itu justru bikin perjalanan ini terasa nyata dan jujur.
Gaya hidup zero waste bukan soal gaya. Tapi soal niat lo buat hidup lebih sadar.
Manfaat Paling Besar Buat Gue: Hidup Jadi Lebih Sederhana dan Terstruktur
Dulu gue sering belanja barang yang nggak perlu. Diskonan bikin kalap, akhirnya numpuk di rumah. Sekarang? Gue lebih mikir sebelum beli. Dan itu efeknya luas:
Duit lebih hemat
Rumah lebih lega
Pikiran lebih tenang
Karena tiap barang yang lo punya sekarang jadi lebih berarti. Lo tahu asal-usulnya, cara merawatnya, dan nggak asal buang.
Tips Real Buat Kamu yang Mau Coba Gaya Hidup Zero Waste Tapi Bingung Mulai dari Mana
Jangan langsung ekstrem – Lo nggak perlu buang semua barang plastik. Pakai sampai habis, lalu ganti perlahan.
Bawa reusable kit – Tas kain, botol minum, alat makan lipat. Itu basic survival-nya.
Belanja curah – Coba beli di toko yang bisa refill sabun, beras, dll.
Kurangi belanja impulsif – Tahan dulu. Tulis dulu. Kalau masih pengen setelah 3 hari, baru beli.
Join komunitas – Banyak grup di Instagram, Facebook, atau bahkan Telegram yang bisa bantu dan saling support.
Nggak Perlu Sempurna, Cukup Mulai dan Bertahan
Gaya Hidup Zero Waste itu bukan kompetisi. Bukan siapa yang paling nol sampah. Tapi soal siapa yang mau konsisten jalanin meski pelan.
Gue udah 3 tahun di jalur ini. Masih sering gagal. Kadang lupa bawa botol minum, kadang beli jajanan yang pakai plastik. Tapi gue terus balik ke tujuan awal: hidup yang lebih ringan, lebih sadar, dan lebih ramah bumi.
Kalau lo lagi mikir buat mulai gaya hidup zero waste, gue cuma mau bilang satu hal: Lo nggak sendiri. Dan tiap langkah kecil lo, itu berarti.
Baca Juga Artikel dari:Pantai Bira: Surga Tropis di Ujung Selatan Sulawesi Selatan
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Lifestyle